Mahalkah SPP di Perguruan tinggi di Indonesia

Kemajuan sebuah universitas sangat erat kaitannya dengan dana yang ada pada universitas tersebut. Lalu pertanyaannya dari manakah sumber dana universitas tersebut. Tulisan singkat ini hanya ingin menggambarkan bahwa pendidikan memang mahal di satu sisi namun dari sisi lain, jika dipandang dari sisi mahasiswa maka harga yang mahal tersebut menjadi murah. Kenapa bisa demikian?

Contoh kasus berikut saya ambil dari situs ww.qub.ac.uk , universitas tempat saya menimba ilmu. Untuk tahun 2012/2013 besarnya dana SPP untuk mahasiswa PhD full time research adalah sebesar £. 3.828 untuk mahasiswa lokal dan £. 14,460 untuk mahasiswa international. SPP untuk jenjang pendidikan nampaknya tidak seragam satu dengan yang lainnya namun perbedaannya tidak terlalu mencolok.

Perbedaan yang mencolok sangat terasa jika kita bandingkan SPP untuk mahasiswa lokal dan mahasiswa internasional yaitu hampir mendekati 1: 4. Ada hal yang menarik terkait SPP ini jika kita tinjau dari sudut besarnya pengeluaran seseorang dalam sebulan. Sesuai aturan dari UKBA bahwa seseorang membutuhkan uang sebesar £ 800 tiap bulan untuk menunjang kehidupan mereka (untuk dari UK di luar kota London). Dari sini Nampak bahwa SPP untuk satu tahun bagi mahasiswa PhD sebesar £3,828 ini hanya setara dengan biaya hidup mereka kurang dari 5 bulan.

Jika kita bandingkan di perguruan tinggi di Indonesia maka SPP beberapa universitas terkemuka di Indonesia saya rasa cukup mahal. SPP untuk PhD di UI sebagai contohnya. Pada tahun 2008 (saya tak punya data tahun 2008 namun jika say ambil data pada tahun 2012/2013 maka tentunya SPP nya akan lebih mahal lagi bukan?), UI membebankan SPP sebesar Rp. 40.000.000,- tiap semesternya untuk jurusan di bawah fakultas teknik (lihat di http://www.ui.ac.id/download/files/fee-doctor.pdf) atau dengan kata lain sebesar Rp. 80.000.000,- tiap tahunnya dan ini belum termasuk biaya pendaftaran sebesar Rp. 30.000.000,- pada tahun pertama. Jika dimisalkan standard kehidupan normal di kota Jakarta sebesar Rp. 6.000.000,- maka biaya SPP di UI adalah sebesar lebih dari 13 kali biaya hidup di Jakarta. Artinya jika ditinjau dari besarnya biaya kehidupan maka SPP di Indonesia dibandingkan SPP di luar negeri adalah 13: 5 (atau lebih dari 2,6 kali lipatnya).

Lalu bagaimana cara mereka mendapatkan dana. Salah satunya memahalkan SPP bagi internasional student dan tentunya cara lain yaitu banyaknya kerjasama baik dengan pemerintah maupun dengan di Industri. School of EEECS tempat saya menimba ilmu adalah salah satu school di Queen’s yang banyak mendapatkan dana. Untuk research cluster saya Energy Power and Intelligent Control mereka mendapatkan dana sebesar £ 2 juta. Sedangkan research cluster lain sangat lebih besar lagi yaitu sebesar £ 30 juta (lihat www.qub.ac.uk/eeecs). Dengan dana yang begitu besari maka dana tersebut cukup untuk membiayai kegiatan akademis selama 5-7 tahun. Dana hibah inilah yang digunakan untuk membiayai penelitian, postdoctoral, research fellow, PhD scholarship, dll

Tentunya membandingkan dua universitas tersebut memang bukanlah hasil akhir yang sempurna dan masih terbuka untuk membandingkanya dengan perguruan tinggi lainnya di Indonesial. Namun, poinnya adalah dengan adanya dana tambahan dari luar maka sumber pendapatan utama dari perguruan tinggi tidak hanya melulu bergantung kepada SPP mahasiswa dan dengan banyaknya kerjasama maka SPP mahasiswa bisa ditekan bahkan bisa digratiskan melalui skema beasiswa.